Dalil-dalil tentang Dakwah wat Tabligh
Dakwah dan Tabligh
UNTUK MEMPERBAIKI KEYAKINAN dan amal pada diri seseorang dan seluruh
umat manusia perlu adanya usaha menghidupkan kerja Nabi saw. ke seluruh
alam sesuai dengan cara beliau.
Dakwah Ilallah dan Keutamaannya
Ayat-ayat Al Qur’an
Allah ta’ala berfirman:
1. “Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga) dan menunjuki orang
yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).” (Q.s. Yunus:
25).
Keterangan:
Allah menyeru manusia kepada surga yang dijanjikan-Nya di akherat,
dan di jalan yang bermartabat dan terhormat dalam kehidupan di dunia
ini.
2. “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di
antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan
mereka dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan hikmah (sunnah). Dan
sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
(Q.s. Al-Jumu’ah: 2).
Keterangan:
Membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka. Makna membacakan di sini
ialah memberi mereka peringatan dengan ayat-ayat tersebut, mengajak
mereka mengamalkannya, dan mendorong mereka untuk beriman kepadanya.
(Tafsir Al-Kabir).
Mensucikan mereka adalah memperbaiki mereka, yakni mengajak mereka
untuk mengikuti apa yang akan menjadikan mereka orang-orang yang cerdas
dan bertaqwa.
Al-hikmah adalah makna-makna yang terkandung di dalam ayat-ayat Al-Qur’an. (Tafsir Kabir).
3. “Dan andaikata Kami menghendaki, benar-benarlah Kami utus pada
tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan (Rasul). Maka janganlah
kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka
dengannya dengan jihad yang besar.” (Q.s. Al-Furqaan: 51-52).
Keterangan:
Dan andaikata Kami menghendaki, benar-benarlah Kami utus pada
tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan. Yakni, “Yang menakuti
(akan adzab Allah) penduduk negeri tersebut. Akan tetapi Kami mengutusmu
ke seluruh negeri supaya pahalamu bertambah besar.” (Tafsir Jalalain).
Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir. Yakni, “Mengenai
perkara yang mereka ajakkan kepadamu, yaitu mengikuti sesembahan mereka.
Akan tetapi bersungguh-sungguhlah dan tetaplah di negeri tersebut.”
(Fathul-Qadir, Asy-Syaukani).
Dan berjihadlah terhadap mereka dengannya dengan jihad yang besar.
Yaitu dengan Al-Qur’an, dengan membaca semua kandungannya yang berupa
larangan, nasihat, dan peringatan tentang umat-umat terdahulu yang
mendustakan. Sesungguhnya da’wah kepada tiap orang di seluruh alam
dengan cara yang disebutkan merupakan jihad yang besar yang tidak bisa
dinilai harganya baik secara kuantitatif maupun kualitatif. (Tafsir Abu
Su’ud).
4. “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.” (Q.s. An-Nahl: 125).
5. “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan
itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.s. Adz-Dzaariyaat:
55).
6. “Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah.” (Q.S. Al-Muddatstsir: 1-3).
7. “Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman.” (Q.S. Asy-Syu’ara’: 3).
8. “Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kaum
kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, amat belas kasihan
lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min.” (Q.S. At-Taubah: 128).
Keterangan:
Berat terasa olehnya penderitaan kalian. Yakni, “Penderitaan kalian
sangat terasa berat baginya, demikian pula kesulitan-kesulitan yang
kalian hadapi.” (Tafsir Baidhawi dan Tafsir Jalalain).
9. “Maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka.” (Q.S. Faathir: 8).
Keterangan:
Maknanya, “Janganlah kamu hancurkan dirimu sendiri karena menyesali
kesesatan mereka dan pendustaan mereka yang terus-menerus.” (Tafsir
Baidhawi).
10. “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan
memerintahkan): ‘Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya
adzab yang pedih’. Nuh berkata: ‘Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah
pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kalian, (yaitu) sembahlah
olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku, niscaya Allah
akan mengampuni sebagian dosa-dosa kalian dan menangguhkan kalian
sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah
apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kalian mengetahui’.
Nuh berkata: ‘Wahai Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam
dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari
kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada
iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka
ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap
(mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian
sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara
terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi)
dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, maka aku katakan kepada
mereka: “Mohonlah ampun kepada Tuhan kalian, —sesungguhnya Dia adalah
Maha Pengampun—, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepada kalian dengan
lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anak kalian, dan mengadakan
untuk kalian kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untuk kalian
sungai-sungai. Mengapa kalian tidak percaya akan kebesaran Allah?
Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kalian dalam beberapa
tingkatan kejadian. Tidakkah kalian perhatikan bagaimana Allah telah
menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? Dan Allah menciptakan
padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita? Dan
Allah menumbuhkan kalian dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia
mengembalikan kalian ke dalam tanah dan mengeluarkan kalian (darinya
pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya. Dan Allah menjadikan bumi
untuk kalian sebagai hamparan, supaya kalian menjalani jalan-jalan yang
luas di bumi itu.” (Q.S. Nuh: 1-20)
Keterangan:
Menutupkan bajunya (ke mukanya). Yakni, “Mereka menutupi muka mereka
dengan bajunya supaya tidak melihat aku karena tidak suka melihatku. Hal
itu disebabkan amat bencinya mereka terhadap da’wahku. Atau supaya aku
tidak mengenali mereka, karena jika aku mengenali mereka, aku dakwahi
mereka.” (Tafsir Baidhawi).
Keutamaan Dakwah Keluar di Jalan Allah
Ayat-Ayat Al- Qur’an
Allah ta’ala berfirman:
11. “Fir’aun bertanya: ‘Siapa Tuhan semesta alam itu?’ Musa menjawab:
‘Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya.
(Itulah Tuhan kalian), jika kamu sekalian mempercayai-Nya.’ Fir’aun
berkata kepada orang-orang sekelilingnya: ‘Apakah kalian tidak
mendengarkan?’ Musa berkata (pula): ‘Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek
moyang kamu yang dahulu.’ Fir’aun berkata: ‘Sesungguhnya Rasul kalian
yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila.’ Musa berkata:
‘Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara
keduanya: (Itulah Tuhan kalian) jika kalian mempergunakan akal.’” (Q.S.
Asy-Syu’ara’: 23-28).
12. “Fir’aun berkata: ‘Maka siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa?’ Musa
berkata: ‘Tuhan kami ialah (Tuhan) Yang telah memberikan kepada
tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.’
Fir’aun berkata: ‘Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu?’ Musa
menjawab: ‘Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah
kitab, Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa; Yang telah
menjadikan bagi kalian bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan
bagi kalian di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air
hujan.’ Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari
tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.” (Q.S. Thaahaa: 49-53).
Keterangan:
Kemudian memberinya petunjuk. Yakni Dia memberitahukan kepadanya
bagaimana memanfaatkan apa yang telah diberikan dan bagaimana
mengusahakannya untuk kelangsungan hidupnya dan kesempurnaannya. (Tafsir
Baidhawi).
13. “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa
ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya), ‘Keluarkan kaummu dari
gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka
hari-hari Allah.’ Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kekuasan Allah) bagi setiap orang yang penyabar dan banyak
bersyukur.” (Q.S. Ibrahim: 5).
14. “Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepada kalian dan aku
hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagi kalian.” (Q.S. Al-A’raaf:
68).
15. “Orang yang beriman itu berkata: “Hai kaumku, ikutilah aku, aku
akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya
kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya
akhirat itulah negeri yang kekal. Barangsiapa mengerjakan perbuatan
jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan
itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun
perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga,
mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab. Hai kaumku, bagaimanakah
kalian, aku menyeru kalian kepada keselamatan, tetapi kalian menyeru aku
ke neraka? (Kenapa) kalian menyeruku supaya kafir kepada Allah dan
mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui padahal aku menyeru
kalian (beriman) kepada Yang Mahaperkasa lagi Maha Pengampun? Sudah
pasti bahwa apa yang kalian seru supaya aku (beriman) kepadanya tidak
dapat memperkenankan seruan apapun baik di dunia maupun di akhirat. Dan
sesungguhnya kita kembali kepada Allah dan sesungguhnya orang-orang yang
melampaui batas, mereka itulah penghuni neraka. Kelak kamu akan ingat
kepada apa yang kukatakan kepada kalian. Dan aku menyerahkan urusanku
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”.
Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun
beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk.” (Ghofir: 38-45).
16. “(Luqman berkata): ‘Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah
(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang munkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah).’” (Q.S. Luqman: 17).
17. “Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata,
‘Mengapa kalian menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau
mengadzab mereka dengan adzab yang amat keras?’ Mereka menjawab, Agar
kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu dan supaya
mereka bertaqwa.’ Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan
kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang perbuatan jahat
dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zhalim siksaan yang keras,
karena mereka selalu berbuat fasik.” (Q.S. Al-A’raaf: 164-165).
Keterangan:
Mereka menjawab, Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab)
kepada Tuhanmu. Maksudnya, “Nasihat kami merupakan penyempurnaan alasan
kepada Allah sehingga kami tidak akan dikatakan lalai dari mencegah
kemungkaran.” (Tafsir Baidhawi).
18. “Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kalian,
orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang dari (mengerjakan)
kerusakan di muka bumi, kecuali sebagian kecil di antara orang-orang
yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zhalim
hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan
mereka adalah orang-orang yang berdosa. Dan Tuhan kalian sekali-kali
tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zhalim, sedang penduduknya
orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S. Hud: 116-117).
Keterangan:
Orang-orang yang mempunyai keutamaan (ulu baqiyyah) adalah
orang-orang utama, beragama, dan shalih, yang hanya tinggal tersisa
sedikit di tengah-tengah umat yang sesat dan rusak; Umat yang telah
dikuasai kesesatan dan kerusakan. Namun masih ada orang shalih yang
masih tersisa, yang menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari
kemungkaran.
Dari ayat tersebut dapat diambil pelajaran bahwa manusia selalu dalam
kebaikan jika di antara mereka masih ada orang-orang yang mempunyai
keutamaan dan kebaikan, yang menyuruh manusia untuk berbuat kebaikan dan
mencegah mereka dari kemungkaran. (Aisarut-Tafasir).
19. “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih
dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati
supaya menetapi kesabaran.” (Q.S. Al-‘Ashr: 1-3).
20. “Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman
kepada Allah.” (Q.S. Ali Imran: 110).
21. “Katakanlah, ‘Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kalian) kepada Allah dengan hujjah/ argumentasi
yang nyata.’” (Q.S. Yusuf: 108).
22. “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian
mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka
itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana.” (Q.S. At-Taubah: 71).
23. “Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dalam berbuat dosa dan
pelanggaran.” (Q.S. Al-Maa-idah: 2).
24. “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata,
‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.’? Dan
tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan
cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia
ada permusuhan, seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada
orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada
orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (Q.S. Fushshilat:
33-35).
25. “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan
keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.”(Q.S. At-Tahrim: 6).
26. “(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di
muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh
berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada
Allahlah kembali segala urusan.” (Q.S. Al-Hajj: 41).
27. “Dan berjihadlah kalian di jalan Allah dengan jihad yang
sebenar-benarnya. Dia telah memilih kalian dan Dia sekali-kali tidak
menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama
orang tua kalian, Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian
orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur’an) ini,
supaya Rasul itu menjadi saksi atas diri kalian dan supaya kalian semua
menjadi saksi atas segenap manusia.” (Q.S. Al-Hajj: 78).
Keterangan:
Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu
kesempitan. Yakni dengan memudahkannya pada saat-saat terpaksa seperti
shalat qashar, tayammum, memakan bangkai, dan tidak berpuasa bagi orang
yang sakit dan di dalam perjalanan. (Tafsir Jalalain).
Supaya Rasul itu menjadi saksi atas diri kalian dan supaya kalian
semua menjadi saksi atas segenap manusia. Yakni, “Kami jadikan kalian
sebagai umat penengah, adil, terbaik, diterima pula kesaksian kalian di
hadapan seluruh umat, karena keadilan kalian. Dengan demikian kalian
akan menjadi saksi bagi seluruh manusia. Karena seluruh umat pada hari
kiamat akan mengakui kemuliaan dan keutamaan umat ini di atas umat yang
lain. Karena itulah, persaksian umat ini terhadap umat-umat lain akan
diterima pada hari Kiamat, yaitu bahwa para rasul telah menyampaikan
risalah Tuhan mereka, dan Rasulullah saw. menjadi saksi bagi umat ini,
bahwa dia telah menyampaikan risalah itu kepadanya.” (Tafsir Ibnu
Katsir).
Hadits – Hadits Nabi SAW.
1266. Dari Mu’awiyah r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda,
“Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang penyampai, Allah-lah Yang Memberi
petunjuk, dan aku hanyalah seorang yang membagi, Dialah Yang Memberi”
(H.R. Thabarani, Jami’ush-Shaghir)
1267. Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah saw. berkata
kepada pamannya, “Ucapkan Laa ilaaha illallah, dengan kalimat itu, aku
akan menjadi saksi bagimu pada hari Kiamat.” Ia berkata, “Seandainya
bukan karena khawatir diejek orang-orang Quraisy dengan mengatakan,
‘Sesungguhnya yang menyebabkan ia bersyahadat ialah rasa putus asanya,’
pasti aku akan membuatmu senang (dengan mengucapkan kalimat tersebut).”
Lalu Allah menurunkan, “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi
petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allahlah Yang Memberi
petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.” (Q.s. Al-Qashash: 56).
(H.R. Muslim).
1268. Dari ‘Aisyah r.ha., ia berkata, “Abu Bakar r.a. keluar untuk
menemui Rasulullah saw. Dia adalah sahabat Rasulullah pada masa
Jahiliyah. Ia pun bertemu dengannya. Lalu Abu Bakar r.a. berkata, ‘Wahai
Abul-Qasim! Engkau telah menghilang dari majelis-majelis kaummu. Mereka
menuduhmu telah mencela nenek moyang mereka.’ Rasulullah saw. bersabda,
‘Sesungguhnya aku ini seorang utusan Allah, aku menyerumu kepada
Allah.’ Setelah beliau selesai berbicara, Abu Bakar r.a. masuk Islam.
Maka beliau pergi meninggalkan Abu Bakar r.a. dan tidak ada seorang pun –
di antara dua gunung di Makkah – yang lebih berbahagia daripada beliau
dengan Islamnya Abu Bakar r.a. Abu Bakar pun pergi menemui ‘Utsman bin
Affan, Thalhah bin ‘Ubaid, dan Zubair bin Awwam, dan Sa’ad bin Abi
Waqqash r.hum. Lalu mereka masuk Islam. Keesokan harinya, Abu Bakar r.a.
membawa ‘Ustman bin Mazh’un, Abu Ubaidah bin Jarrah, Abdurrahman bin
Auf, Abu Salamah bin Abdil Asad, dan Arqam bin Abil-Arqam r.hum., maka
mereka pun masuk Islam.” (Al-Bidayah wAn-Nihayah).
1269. Dari Asma’ binti Abu Bakr r.ha., ia berkata (dalam kisah
Islamnya Abu Quhafah), “Ketika Rasulullah saw. masuk (ke Makkah pada
hari Fat’hul-Makkah), dan beliau masuk masjid, maka Abu Bakar r.a.
datang sambil menuntun ayahnya. Ketika Rasulullah saw. melihatnya,
beliau berkata, ‘Mengapa tidak engkau tinggalkan saja orang tua ini di
rumahnya, sehingga aku sendiri yang datang kepadanya?’ Abu Bakar
berkata, ‘Wahai Rasulullah, ia lebih pantas untuk mendatangimu daripada
engkau yang harus datang kepadanya.’ Maka beliau mempersilahkan Abu
Quhafah duduk di hadapannya dan mengusap dadanya, lalu bersabda
kepadanya, ‘Masuk Islamlah!’ Maka ia pun masuk Islam. Ketika Abu Quhafah
dibawa Abu Bakar r.a. menemui Rasulullah saw, kepalanya seolah seperti
pohon (sebuah pohon yang putih seperti salju). Maka Rasulullah saw.,
bersabda, ‘Ubahlah warna rambutnya.’” (H.R. Ahmad dan Thabarani,
Majma’uz-Zawa’id)
1270. Dari Ibnu ‘Abbas r.a., ia berkata, “Ketika Allah menurunkan
ayat, ‘Dan berilah peringatan kepada sanak kerabatmu yang terdekat.’
(Q.s. Asy-Syu’ara’: 214), Ibnu Abbas r.huma. berkata, ‘Maka Nabi saw.
datang dan naik ke bukit Shafa, kemudian beliau menyeru, ‘Wahai
manusia!’ Maka orang banyak berkumpul menghadap beliau. Ada di antara
mereka yang datang sendiri, dan ada yang mengirim utusannya. Maka
Rasulullah saw. bersabda, ‘Wahai Bani Abdil Muththalib, wahai Bani Fihr,
wahai sekalian bani! Bagaimanakah pendapat kalian jika aku beritahukan
kepada kalian bahwa ada pasukan berkuda di balik bukit ini, ingin
menyerang kalian, apakah kalian percaya kepadaku?’ Mereka menjawab,
‘Ya!’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Sesungguhnya aku ini adalah pemberi
peringatan kepada kalian akan adanya siksaan yang berat di hadapan
kalian.” Maka Abu Lahab berkata, ‘Celakalah kamu hai Muhammad di
sepanjang harimu. Apakah hanya karena urusan ini engkau memanggil kami?’
Maka Allah ‘azza wa jalla menurunkan ayat, ‘Tabbat yadaa abii lahabin
watabb (Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan
binasa).’”(H.R. Ahmad).
1271. Dari Munib Al-Azdi r.a., ia berkata, “Pada zaman Jahiliyah, aku
melihat Rasulullah saw. sedang menyeru, ‘Wahai manusia, ucapkanlah oleh
kalian Laa ilaaha illallah, maka kalian akan berjaya.’ Maka sebagian
dari mereka ada yang meludahi beliau, sebagian menaburkan debu kepada
beliau, dan sebagian lagi mencaci maki beliau hingga tengah hari. Lalu
datanglah seorang gadis dengan membawa wadah besar yang berisi air,
kemudian ia membasuh wajah dan kedua tangan beliau, beliau berkata,
‘Wahai anak perempuanku! Janganlah kamu takut bahwa ayahmu ini akan
diculik lalu dibunuh, ataupun dihinakan.” Aku pun bertanya, “Siapakah
gadis itu?” Mereka menjawab, “Zainab binti Rasulullah saw.” Dia seorang
gadis yang cantik. (H.R. Thabarani, Majma’uz-Zawa’id).
1272. Dari Muhammad bin ‘Utsman bin Hausyab, dari ayahnya, dari
kakeknya r.a., ia berkata, “Ketika Allah telah memenangkan Muhammad, aku
mengirim kepada beliau empat puluh penunggang kuda bersama Abdu Syarr.
Mereka datang menemui beliau dengan membawa suratku. Maka Rasulullah
saw. bertanya kepadanya, ‘Siapa namamu?’ Ia menjawab, Abdu Syarr (hamba
kejahatan).’ Beliau bersabda, ‘Bukan, engkau adalah Abdu Khair (hamba
kebaikan).’ Lalu kalian membaiatnya kepada Islam. Beliau menulis surat
jawaban dan mengirimkannya kepada Hausyab Dzi Zhulaim, lalu Hausyab
beriman.” (Al-Ishabah).
1273. Dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a., ia berkata, ‘Aku mendengar
Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa di antara kalian melihat satu
kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak
mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka dengan hatinya., dan
itu adalah selemah-lemah iman.” (H.R. Muslim).
1274. Dari Nu’man bin Basyir r.a., dari Nabi saw., beliau bersabda,
“Perumpamaan orang yang menjaga larangan-larangan Allah dan orang yang
terjatuh di dalamnya seperti suatu kaum yang berundi pada sebuah kapal.
Sebagian dari mereka mendapatkan bagian atas kapal, dan sebagian yang
lain mendapatkan bagian bawah. Apabila orang yang di bagian bawah akan
mengambil air, ia harus melewati orang-orang yang ada di bagian atas.
Kemudian mereka berkata, ‘Kalau saja kita lubangi tempat kita ini, tentu
kita tidak lagi mengganggu orang-orang yang ada di atas.’ Jika
orang-orang yang berada di bagian atas membiarkan perbuatan orang-orang
yang ada di bagian bawah tersebut, maka mereka semua akan binasa.
Apabila orang-orang yang berada di bagian atas mencegah perbuatan
mereka, maka mereka sendiri selamat dan selamat pula semua penumpang
kapal.” (H.R. Bukhari).
1275. Dari ‘Urs bin ‘Amirah r.a., ia berkata, Rasulullah saw.
bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengadzab kebanyakan orang
karena perbuatan sebagian kecil orang di antara mereka. Sampai sebagian
kecil orang tersebut melakukan suatu perbuatan yang sebenarnya
kebanyakan orang mampu untuk mengubahnya, namun mereka tidak
mengubahnya. Maka pada saat itulah Allah mengizinkan kebinasaan
semuanya, baik kebanyakan orang maupun sebagian kecil orang tersebut.”
(H.R. Thabarani, Majma’uz-Zawa’id).
1276. Dari Abu Bakrah r.a. (dalam sebuah hadits yang panjang), dari
Rasulullah saw., beliau bersabda, “Bukankah aku telah menyampaikan?”
Kami menjawab, “Ya!” Beliau bersabda, “Ya Allah, saksikanlah. Maka
hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada orang yang tidak hadir.
Karena kadang-kadang orang yang diberi penyampaian lebih faham
dibandingkan orang yang menyampaikannya.” (H.R. Bukhari).
1277. Dari Hudzaifah bin Al Yaman r.a., dari Nabi saw., beliau
bersabda, “Demi Dzat Yang jiwaku ada di tangan-Nya. Hendaklah kalian
menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, atau (jika
tidak), Allah akan mengirimkan adzab terhadap kalian, kemudian kalian
berdoa kepada-Nya, tetapi Dia tidak mengabulkan doa kalian.” (H.R.
Tirmidzi).
1278. Dari Zainab bin Jahsy r.ha., ia berkata, “Aku bertanya, ‘Wahai
Rasulullah! Apakah kami juga akan binasa, padahal ada orang-orang shalih
di antara kami?’ Beliau menjawab, ‘Ya! Apabila keburukan telah
meraja-lela.’” (H.R. Bukhari).
1279. Dari Anas r.a., ia berkata, “Seorang anak laki-laki Yahudi yang
menjadi pembantu Nabi saw. jatuh sakit. Maka Rasulullah saw.
menjenguknya. Beliau duduk di sisi kepalanya dan bersabda, ‘Masuklah
Islam.’ Kemudian ia menatap ayahnya yang berada di sisinya, lalu ayahnya
berkata, ‘Turutilah Abul Qasim saw.!’ Ia pun masuk Islam. Lalu Nabi
saw. keluar sambil berucap, ‘Segala puji milik Allah Yang telah
menyelamatkannya dari neraka.’” (H.R. Bukhari).
1280. Dari Sahl bin Sa’d r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda,
“Sesungguhnya kebaikan ini ibarat gudang-gudang penyimpanan, dan
gudang-gudang penyimpanan itu ada kuncinya. Maka beruntunglah seorang
hamba yang dijadikan Allah sebagai kunci pembuka kebaikan dan penutup
keburukan. Dan celakalah seorang hamba yang dijadikan Allah sebagai
kunci pembuka keburukan dan penutup kebaikan.” (H.R. Ibnu Majah).
1281. Dari Jarir r.a., ia berkata, “Aku pernah mengadu kepada Nabi
saw. bahwa aku tidak bisa mantap di atas kuda. Lalu beliau menepuk
dadaku dan berdoa, ‘Ya Allah, mantapkanlah ia di atas kuda dan
jadikanlah ia orang yang memberi petunjuk, yang mendapat petunjuk.’”
(Hadits Riwayat Bukhari).
1282. Dari Abu Sa’id r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda,
“Janganlah salah seorang di antara kalian menganggap remeh dirinya
sendiri.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah! Bagaimana bisa seseorang
menganggap remeh dirinya sendiri?” Beliau menjawab, “Seseorang melihat
suatu perkara yang berhubungan dengan Allah yang harus dia luruskan,
kemudian ia tidak berkata apa pun mengenainya, maka Allah ‘azza wa jalla
akan menanyainya pada hari Kiamat, “Apa yang menghalangimu berkata
mengenai hal ini dan itu?” Ia menjawab, “Takut kepada manusia.” Maka
Allah berfirman, “Justru kepada-Kulah kamu lebih pantas takut.” (Hadits
Riwayat Ibnu Majah).
1283. Dari ‘Abdullah bin Mas’ud r.a., ia berkata, Rasulullah saw.
bersabda, “Sesungguhnya kekurangan pertama yang terjadi pada Bani Israil
adalah: Ada seseorang menjumpai yang lain, lalu berkata, ‘Hai kau ini!
Takutlah kepada Allah! Tinggalkan apa yang kamu lakukan. Karena hal itu
tidak halal untukmu.’ Kemudian esok paginya ia berjumpa lagi dengannya.
Namun kemaksiatan orang ke dua tersebut tidak menghalangi orang pertama
untuk makan, minum, dan duduk bersamanya. Maka ketika mereka telah
melakukan hal seperti itu, Allah menyamakan hati mereka, kemudian beliau
membaca ayat, ‘Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israil dengan
lisan Daud dan Isa putera Maryam,’ sampai firman-Nya,‘orang-orang yang
fasiq.’ (Q.s. Al-Maa-idah: 78-81). Kemudian beliau bersabda,
‘Sekali-kali jangan begitu! Demi Allah, sungguh, hendaklah kalian
memerintahkan kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar,
menghentikan perbuatan orang yang zhalim, kalian kembalikan dia ke jalan
yang benar, dan kalian batasi dia dalam lingkup kebenaran.” (Hadits
Riwayat Abu Dawud).
Keterangan:
Maka ketika telah mereka melakukan hal seperti itu: Yaitu
meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar setelah sebelumnya mereka
mengerjakannya. (Badzlul-Majhud).
Allah menyamakan hati mereka: Allah membuat hitam hati orang yang
tidak bermaksiat disebabkan pengaruh buruk orang yang bermaksiat. Maka
hati mereka semua menjadi keras untuk menerima kebenaran.
(‘Aunul-Ma’bud).
1284. Dari Abu Bakar Ash-Shidiq r.a., ia berkata, “Wahai manusia!
Sesungguhnya kalian selalu membaca ayat, ‘Wahai orang-orang yang
beriman, jagalah diri kalian; tidaklah orang yang sesat itu akan memberi
mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk.’ (Q.s.
Al-Maa-idah: 105). Padahal aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda,
“Sesungguhnya apabila manusia melihat orang yang berbuat zhalim dan
tidak mencegah perbuatannya, Dia akan segera menimpakan adzab-Nya kepada
mereka secara merata.” (Hadits Riwayat Tirmidzi).
Keterangan:
Makna ayat tersebut berkaitan dengan hadits yang telah disebutkan
pula di atas: Jika kalian telah mengerjakan apa yang dibebankan kepada
kalian, maka kelalaian orang lain tidak akan menyebabkan madharat bagi
kalian. Jika demikian halnya, perlu dipahami bahwa di antara yang
dibebankan tersebut adalah amar ma’ruf nahi munkar. Maka jika seseorang
sudah melakukan amar ma’ruf nahi munkar, sedang orang yang diberitahu
tidak mau menurut, maka orang yang telah beramar ma’ruf nahi munkar
tersebut tidak boleh dicela, karena ia telah menunaikan kewajibannya.
Karena yang menjadi kewajibannya adalah amar ma’ruf nahi munkar, bukan
penerimaan dari orang yang bersangkutan —Wallahu A’lam—.” ( Syarah
Muslim, Nawawi ).
1285. Dari Hudzaifah r.a., ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah
saw. bersabda, ‘Akan ada fitnah yang menimpa hati manusia secara
bertubi-tubi. Hati siapapun yang dirasuki fitnah tersebut akan
dituliskan titik hitam padanya. Dan hati siapapun yang menolaknya akan
dituliskan titik putih padanya. Sehingga, hati terbagi menjadi dua
macam, yakni hati yang putih semisal batu yang licin dan bersih. Fitnah
itu tidak akan membahayakannya selama langit dan bumi masih ada. Yang
lain ialah hati yang hitam cenderung kelabu. Ibarat cangkir terbalik. Ia
tidak dapat mengenali yang ma’ruf dan tidak mengingkari hal yang
mungkar, namun hanya mengikuti hawa nafsunya. ( Hadits Riwayat Muslim).
Keterangan:
Ibarat cangkir terbalik. Maksudnya, apabila hati manusia terkena
fitnah, serta keharaman maksiat dan kemungkaran tidak lagi hadir dalam
hatinya, maka cahaya keimanan akan keluar darinya sebagaimana keluarnya
air dari cangkir jika cangkir tersebut miring atau terbalik.